REHABILITASI MEDIS DAN SOSIAL TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA

Narkotika  adalah  zat  atau  obat  yang  berasal  dari  tanaman  atau  bukan  tanaman,  baik  sintetis  maupun  semisintetis  yang  dapat  menyebabkan  penurunan  kesadaran   hilangnya  rasa,  mengurangi  dan  menghilangkan  rasa  nyeri  serta  dapat  menimbulkan  ketergantungan.  Jika  dipakai  sesuai  dengan  takaran  narkotika  sebenarnya  obat  yang  sangat  penting  bagi  dunia  kesehatan,  pengembangan  ilmu  pengetahuan dan    teknologi. Penyalahgunaan  dan  peredaran  gelap  narkotika  di  Indonesia  telah  menyebar  sampai  wilayah  Indonesia,  bahwa  penyalahgunaan  narkotika  sudah  kian  menggawat  (Rohman  Hermawan,  1986: 1),  bukan  hanya  di  kota-besar  saja  narkotika  menyebar  tetapi  sudah  masuk  sampai  desa-desa  maupun  daerah  terpencil.  Penyalahgunaan  narkotika  tidak  hanya  para  kaum  dewasa   tetapi  juga  sudah  sampai  para  remaja  maupun  anak-anak  yang  memakainya.  Kebanyakan  penyalahguna  narkotika  Golongan  I  mengkonsumsi  sabu-sabu    atau    metamfetamina.

Menurut  Undang-Undang  Nomor  35  tahun  2009  tentang  Narkotika,  narkotika  Golongan  I  ada  65  macam  jenis  yang  sering  disalahgunakan  yaitu  ganja  dan   kokain.  Ganja  dan  kokain  dilarang  untuk  produksi  dan  digunakan  dalam  proses  produksi  kecuali  untuk  kepentingan  tertentu.  Narkotika  hanya  diperoleh  secara  impor  dan  di  produksi  dalam  negeri,  materi  hukumnya  hanya  mengatur  mengenai  perdagangan  dan  penggunaan  narkotika  (Siswanto  Sunarso,  2011:2).

Sebagaimana  bunyi  pasal  41  Undang-Undang  Nomor  35  Tahun  2009  tentang  Narkotika, sebagai   berikut : “Narkotika  Golongan  I  hanya  disalurkan oleh  pedagang  besar  farmasi  tertentu kepada  lembaga  ilmu  pengetahuan tertentu  untuk  kepentingan  ilmu pengetahuan dan    teknologi”. Karena  Undang-Undang  secara  tegas  telah  melarang  jenis  narkotika  golongan  I  yakni  shabu-shabu  digunakan  untuk  kepentingan  yang  lain  yang  bukan  berkaitan  dengan    ilmu   pengetahuan.  

Hukuman  harus  dapat  mempertakut  orang  supaya  agar  tidak  berbuat  jahat  (Soesilo,  1995 : 3),  seperti  yang  dilakukan  oleh  MUSHOLIN  BIN  MUSTOFA  telah  terbukti  bersalah  melakukan  tindak  pidana  “bersama-sama  melakukan  perbuatan  menyalahgunakan  narkotika  golongan  I  bagi  diri  sendiri”.  Yaitu  kristal  metamfetamina  yang  terdaftar  dengan  Golongan  I  Nomor  Unit  61  Undang-Undang  Nomor  35  tahun  2009  tentang  Narkotika,  yang  pada  pokoknya  menerangkan  bahwa  terdakwa  mengalami  sindroma  ketrgantungan  metamfetamina  (shabu-shabu)  dan  disarankan  untuk  menjalani  rehabilitasi.

Bahwa  kejahatan  adalah  rechdelicten.  Yaitu  perbuatan-perbuatan  yang  meskipun  tidak  ditentukan  dalam  undang-undang,  sebagai  perbuatan  yang  bertentengan  dengan  tata  hukum   (Moeljatno,  2009: 3).  Di  dalam  Kitab  Undang-Undang  Hukum  Pidana  tidak  dicantumkan  secara  jelas  tetapi  kejahatan  diatur  dalam  pasal  104  sampai  dengan  pasal  488.  Ada  yang  menyamakan  antara  kejahatan  dengan  tindak  pidana  yaitu  perbuatan  melawan  hukum,  perbuatan  melanggar  hukum  atau  bertentangan  dengan Undang-Undang.   

Sebagaimana  bunyi  pasal  1  ayat 13    Undang-Undang  Nomor  35  tahun  2009  tentang  Narkotika  yaitu  Pecandu  narkotika  adalah  orang  yang  menyalahgunakan  narkotika  dan  dalam  keadaan  ketergantungan  pada  narkotika,  baik  secara  fisik  maupun  psikis,  sedangkan  ayat  14  yakni  ketergantungan  pada  narkotika  adalah  kondisi  yang  ditandai  oleh  dorongan  untuk  menggunakan  narkotika  secara  terus  menerus  dengan  takaran  yang  meningkat  agar  menghasilkan  efek  yang  sama  dan  apabila  penggunaannya  dikurangi  dan/atau  dihentikan  secara  tiba-tiba,  menimbulkan  gejala  fisik  dan  psikis  yang  khas.

Dapat  dilihat  juga  pasal  1  ayat  15  bahwa  Penyalahguna  narkotika  adalah  orang  yang  menggunakan  narkotka  tanpa  hak  atau  melawan  hukum.  Pecandu  atau  korban  penyelahgunaan  narkotika  adalah  orang  yang  sakit  wajib  menjalani  rehabilitasi,  sebagian  besar  pelaku  narkotika  di  katagorikan  korban  penyalahguna  dan  korban  narkotika  yang  secara  tidak  langsung  merupakan  orang    yang    sakit.

Pengguna  narkotika  dapat  dikatakan  penyakit  kronis  seperti  gangguan  fisik  akibat  penggunaan  secara  berlebihan,  narkotika  sanggup  mengghasilkan  khayal-khayal  yang  menyenangkan (  Rahman  Hermawan  1986: 4).  Jumlah  narkotika  semakin  besar  meningkatnya  waktu  yang  digunakan  untuk  memperoleh  narkotika.  Pengguna  narkotika  tidak  dapat  berhenti  begitu  saja,  jika  berhenti  pemakaiannya  akan  terjadi  kerusakan  oleh  tubuh  dan  kerja  otak,  hilangnya  kesadaran  dan  menjadi  gila  sampai    mengalami    kematian.


Related Posts

Subscribe Our Newsletter