Dari sudut pandang pencegahan dan pengendalian infeksi, praktek membersihkan tangan adalah untuk mencegah infeksi yang ditularkan melalui tangan, dan untuk menghilangkan semua kotoran dan debris serta menghambat atau membunuh mikroorganisme pada kulit. Mencuci tangan telah dianggap sebagai salah satu tindakan terpenting untuk mengurangi penularan mikroorganisme dan mencegah infeksi kepada petugas kesehatan yang melayani mereka dan staf pendukung (seperti staf rumah tangga, staf pembuang sampah, staf laboratorium) semua dihadapkan pada risiko infeksi. Organisme patogen dari pasien yang terinfeksi atau dari lingkungan yang terkontaminasi tangan petugas selama aktivitas klinik kemudian tersebar ke pasien lain.
Berdasarkan pola dan peta kuman yang ada di Rumah Sakit tahun 2021 Kuman gram negatif adalah kuman yang paling banyak ditemukan dengan persentase 56,5% atau 130 isolat. Kuman gram positif sebanyak 43,5% atau 100 isolat. Kuman gram negatif yang paling banyak ditemukan adalah Escherichia sp. dengan persentase 22,2% dari 130 isolat gram negatif. Kuman gram positif masih didominasi oleh bakteri golongan stafilokokkus koagulase negatif, dengan jenis kuman yang paling banyak ditemukan adalah Staphylococcus epidermidis sebanyak 28 isolat atau 12,2%. Menjaga kebersihan tangan dengan baik dapat mencegah penularan mikroorganisme dan menurunkan frekuensi infeksi nosokomial (Boyce 1999; Larson 1995). Kegagalan melakukan kebersihan tangan yang baik dan benar dianggap sebagai penyebab utama infeksi nosokomial (HAIs) dan penyebaran mikroorganisme multi resisten di fasilitas pelayanan kesehatan dan telah diakui sebagai kontributor yang penting terhadap timbulnya wabah (Boyce dan Pittet, 2002).
Penggunaan handrub untuk tangan yang bersih lebih efektif membunuh flora residen dan flora transien dari pada mencuci tangan dengan sabun antiseptik atau dengan sabun biasa dan air, antiseptik ini cepat dan mudah digunakan serta menghasilkan penurunan jumlah flora tangan yang lebih besar (Girau et al.2002). Hanrub dapat menggantikan cuci tangan, proses cuci tangan dengan sabun dan air sebagai prosedur utama untuk meningkatkan kepatuhan (Larson et al.2000; Pittet et al 2000). Larutan antiseptik atau disebut juga antimikroba topikal, dipakai pada kulit atau jaringan hidup lainnya untuk menghambat aktivitas atau membunuh mikroorganisme pada kulit (PERDALIN, 2009).
Antiseptik atau bahan antimikroba adalah zat kimia yang digunakan pada permukaan kulit atau jaringan hidup lainnya untuk menghambat atau membunuh mikroorganisme baik yang bersifat sementara maupun tetap (JHPIEGO, 2004). Larutan penggosok antiseptik berbasis alkohol tanpa air atau pengosok antiseptik bereaksi cepat yang tidak harus menggunakan air dapat menghilangkan flora sementara atau mengurangi mikroorganisme tetap serta melindungi kulit sebagaian besar mengandung alkohol 60-70%, emolien dan sering ditambahkan antiseptik lain misalnya klorheksidin glukonat 2-4% yang mempunyai aksi sisa/residual (Larson dkk 2001). Kedua tangan harus dicuci dengan dengan sabun dan air bersih (atau menggunakan penggosok antiseptik) sesudah melepas sarung tangan karena kemungkinan sarung tangan berlubang atau robek, sehingga bakteri dapat dengan mudah berkembang biak di lingkungan yang hangat dan basah di dalam sarung tangan (Korneiwicz dkk 1990).
Larutan berbasis alkohol untuk penggosok tangan yang bersifat non-iritasi dapat dibuat dengan menambahkan baik gliserin, propilen glikol, atau sorbitol dengan alkohol (2ml pada 100ml dari 60-90% larutan etil atau isopropil alkohol) (Larson 1990; Pierce 1990). Namun sampai saat ini efektifitas handrub produk lokal terhadap pertumbuhan bakteri dan jamur belum perna di jelaskan.
Di RS Semen Gresik, SOP (Standar Operasional Prosedur) tertuang dalam Surat Keputusan Direksi RSSG No Dokumen QAP/2005/01 tentang cara cuci tangan dengan antiseptik berbasis alkohol tanpa air. Pada tahun 2013 kebutuhan handrub di RS Semen Gresik total 563 liter, yang di pergunakan di IRNA : 447 liter atau sekitar 79%, IRJ : 28 liter atau 4%, IGD : 34 liter atau 6%, IBS : 9 liter atau 1% sedangkan di bagian unit penunjang 44 liter atau 7%.Standar rumah sakit mewajibkan para petugas untuk melakukan cuci tangan sesuai dengan prosedur yang berlaku, tetapi rumah sakit juga harus konsisten untuk memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana yang dibutuhkan. Rumah Sakit Semen Gresik selaku pengelola wajib menyediakan sarana cuci tangan (handrub) untuk mendukung pelaksanaan kerja perawat sehingga mengurangi risiko infeksi nosokomial.
Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit salah satunya adalah dengan membuat handrub sendiri sebagai produk lokal, dengan harapan secara mutu pelayanan tetap terjaga untuk mengurangi risiko infeksi dan juga dari segi biaya dapat ditekan seminimal mungkin. Berdasarkan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penggunaan antiseptik tangan (handrub) produk lokal sama efektifnya dibandingkan dengan (handrub) produk pabrik terhadap pertumbuhan bakteri dan jamur pada perawat Intensive Care Unit di Rumah Sakit.
Menurut Learson (1995) Kesehatan dan kebersihan tangan secara bermakna mengurangi jumlah mikroorganisme penyebab penyakit pada kedua tangan dan lengan serta meminimalisasi kontaminasi silang (misalnya dari petugas kesehatan ke pasien), pilihan sabun biasa atau antiseptik atau penggunaan penggosok tangan berbasis alkohol tergantung pada besarnya risiko kontak dengan pasien.
Menurut E Girau dkk (2002) membersihkan tangan dengan menggunakan larutan yang menggandung alkohol lebih banyak menurunkan kontaminasi melalui tangan pada petugas kesehatan di bandingkan dengan cara mencuci tangan menggunakan sabun. Larutan antiseptik tersebut yang digunakan tersebut menggandung 45% 2-propanolol, 30% 1-propanolol, 0,2% mecetronium etil sulfat, dengan isi 3-5ml, bermerek sterillium buatan pabrik Bode Chemie–Jerman.
Sedangkan menurut JJ Parienti dkk (2002), membersihkan tangan dengan menggunakan larutan menggandung alkohol sama efektifnya untuk menurunkan kontaminasi melalui tangan pada staf operasi di bandingkan cara mencuci tangan dengan menggunakan sabun, larutan diberikan di tangan hingga siku sebanyak 5ml dan didiamkan selama 2 menit 30 detik tanpa dibilas ataupun dikeringkan.
Menurut EL Larson (2005), tidak ditemukan perbedaan signifikan terhadap timbulnya infeksi pada neonatus pada pemakaian larutan antiseptik pada petugas NICU ataupun yang mencuci tangan dengan sabun antiseptik, pada pembersihan dengan larutan antiseptik dibandingkan terhadap mencuci tangan dengan sabun antiseptik sebesar 0,98 (95% CI,0,77-1,25) untuk semua jenis infeksi pada neunatus.
Sebagian besar penyebaran kuman patogen adalah melalui kontak tangan. Menjaga kebersihan tangan berperan dalam menurunkan insiden HAIs. Cuci tangan di promosikan satu-satnya cara yang paling efektif untuk mencegah infeksi, tetapi mempertahankan kebiasaan cuci tangan masih menjadi masalah serta ketersediaan sarana cuci tangan yang memadai. Pentingnya cuci tangan di perkenalkan pertama kali oleh dr. Ignaz Semmelweis pada pertengan tahun 1800-an, mendemonstrasikan bagaimana cuci tangan secara teratur dapat menurunkan penyebaran penyakit. Baru pada tahun 1980-an diperkenalkan pada konsep menjaga kebersihan tangan terhadap petugas kesehatan dengan dikeluarkannya guideline pertama. Pada tahun 1961 telah dikeluarkan film demonstrasi tentang cuci tangan dengana menggunakan air dan sabun selama 1-2 menit pada petugas kesehatan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien.
Tujuan mencuci tangan pada petugas kesehatan adalah untuk membersihkan kotoran yeng terlihat pada tangan, mencegah membawah kuman dari rumah ke tempat kerja, mencegah membawah kuman dari tempat kerja ke rumah, mencegah terjadinya infeksi pada pasien yang didapat di rumah sakit. Saat tangan terlihat kotor, terkontaminasi, atau berlumuran tanah, maka dapat dicuci dengan menggunakan air dan sabun antimikroba ataupun non antimikroba. Sedangkan bila tangan tidak terlihat secara jelas seperti diatas, maka tangan dapat cukcup dibersihkan dengan larutan mengandung alkohol.
Indikasi waktu untuk mencuci tangan yakni sebelum dan sesudah melakukan tindakan, setelah kontak dengan cairan tubuh, setelah memegang alat yang terkontaminsi (misal jarum suntik, linen) sebelum dan sesudah kontak dengan pasien di ruang isolasi, keluar dari toilet, sebelum menyajikan makanan dan minum, pada saat memulai dan mengakhiri kerja, dan sesudah kontak dengan lingkungan pasien di sekitar pasien. Hal yang perlu diperhatikan dalam mencuci tangan sebagaimana dianjurkan oleh WHO :
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menjaga kebersihan tangan antara lain jari tangan, penelitian membuktikan bahwa daerah di bawah kuku (ruang subungual) mengandung jumlah mikroba tertinggi (McGinlnley, Larson dan Leydon 1988). Beberapa penelitian baru-baru ini telah memperlihatkan kuku yang panjang dapat berperan sebagai reservoir untuk bakteri gram negatif (P.aerugenosa), jamur dan patogen lain (Hedderwick et al. 2000). Kuku panjang, baik yang alami ataupun yang buatan lebih mudah melubangi sarung tangan 9Olsen et al.1993). Oleh karena itu kuku harus dijaga tetap pendek, tidak lebih dari 3mm melebihi ujung jari. Kuku buatan (pembungkus kuku, ujung kuku, pemanjang akrilik) yang dipakai oleh petugas kesehatan dapat berperan dalam infeksi nosokomial (Hedderwick et al. 2000). Selain itu telah terbukti bahwa kuku buatan dapat berperan sebagai reservoir untuk bakteri gram negatif, pemakaiannya oleh petugas kesehatan harus di larang. Cat kuku, penggunaan cat kuku saat bertugas tidak diperkenankan.Perhiasan, penggunaan perhiasan saat bertugas tidak diperkenankan.