Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Pada masa ini terjadi macam perubahan dan perkembangan yang cepat baik secara fisik maupun psikososial. Perubahan fisik akan menyebabkan terjadinya pertumbuhan, yang akan mempengaruhi status kesehatan dan gizinya, ketidakseimbangan antara asupan kebutuhan atau kecukupan akan menimbulkan masalah gizi baik berupa masalah gizi lebih maupun gizi kurang. Masalah – masalah gizi dan kesehatan yang dihadapi remaja tersebut saling berkaitan satu sama lain dan diperlukan penanganan yang terpadu dan menyeluruh. Masalah gizi yang biasa dialami pada fase remaja adalah obesitas (Depkes Jakarta1, 2010). Sebagian remaja baik laki-laki maupun perempuan mengalami Berat Badan lebih atau Obesitas. Beberapa diantaranya yang dapat menyebabkan obesitas yaitu pola makan dan aktivitas fisik. Seperti apa kualitas dan kuantitas makanan serta bagaimana seseorang beraktivitas. Jika genetik dan psikososial tidak dapat diubah, pola makan dan aktivitas dapat diubah jika ada kemauan dari seseorang untuk memperbaiki kualitas kesehatannya (Hudha, 2006).
Pola makan merupakan wujud perilaku manusia pada makanan. Perilaku merupakan totalitas penghayatan dan aktivitas, yang merupakan hasil akhir jalinan yang saling mempengaruhi antara berbagai macam gejala seperti perhatian, pengamatan, pikiran, ingatan, dan fantasi (Suharsini. 2006). Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi pola makan antara lain : frekuensi makan, kebiasaan makan dan jenis makanan (Damayanti, 2002). Aktivitas fisik adalah gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot - otot rangka yang dihasilkan sebagai suatu pengeluaran tenaga (dinyatakan sebagai kilo kalori). Meliputi pekerjaan, waktu senggang, dan aktivitas sehari - hari. Aktivitas tersebut memerlukan usaha ringan, sedang, dan berat dapat menyebabkan perbaikan bila dilakukan secara teratur (Erryga & Puji .2010). Faktor - faktor yang mempengaruhi aktivitas fisik: umur, jenis kelamin dan penyakit/kelainan tubuh (O'dea. Jenny. 2005). Obesitas adalah keadaan yang menunjukkan adanya kelebihan lemak tubuh yang umumnya ditimbun dalam jaringan subkutan (bawah kulit), sekitar organ tubuh dari kadang terjadi perluasan ke dalam jaringan organnya (Waspadji, 2003).
Masa remaja atau adolesensi adalah suatu fase perkembangan yang dinamis dalam kehidupan seorang individu. Masa ini merupakan periode transisi dari masa anak ke masa dewasa yang ditandai dengan percepatan perkembangan fisik, mental, emosional dan social dan berlangsung dalam decade kedua masa kehidupan ( Moersintowati, 2010 ).
Makanan tinggi lemak biasanya tinggi kalori, dan bila per harinya mengkonsumsi secara terus menerus hingga berlebihan, maka akan menyebabkan penimbunan lemak di dalam tubuh sehingga berakibat mengalami obesitas. Adapun beberapa faktor yang dapat menyebabkan obesitas, diantaranya Faktor Pola Makan dan Aktivitas Fisik. Pola makan yang berlebih menjadi faktor terjadinya obesitas. Obesitas terjadi jika seseorang mengonsumsi kalori melebihi jumlah kalori yang dibakar. Pada hakikatnya, tubuh memerlukan asupan kalori untuk kelangsungan hidup dan aktifitas fisik. Orang dengan obesitas akan lebih responsif terhadap rangsangan lapar eksternal ( rasa, bau makanan, jam makan, dan lainnya ) dibandingkan dengan orang yang memiliki berat badan normal.
Orang dengan obesitas akan makan lebih banyak pada saat yang mencengkam atau kondisi penuh stres. Sedangkan Aktivitas fisik merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan kebutuhan energi, sehingga apabila aktivitas fisik rendah maka kemungkinan terjadinya obesitas akan meningkat (Soegih, 2009).