MD di University of Colorado (2008), dilaporkan sebanyak (67%) mahasiswa di Amerika mempunyai gangguan tidur (insomnia), (65,6%) terbangun di malam hari dan sulit tidur kembali, (72,2%) sulit berkonsentrasi sepanjang hari. Di Indonesia berdasarkan data di rumah sakit Cipto Mangunkusumo (2010), menunjukan bahwa gangguan tidur menyerang 10% dari penduduk Indonesia atau sekitar 28 juta orang akibat dari stres situasional seperti masalah pekerjaan, sekolah, penyakit, dan kehilangan orang yang berarti. Berdasarkan hasil kuesioner survey awal yang dilakukan pada 32 mahasiswa , terdapat mahasiswa yang mengalami stres ringan 10 orang (31.25%), mahasiswa mengalami stres sedang 8 orang (25%), mahasiswa yang mengalami stres berat 14 orang (43.75%), dan juga mahasiswa yang mengalami insomnia ringan 5 orang (15.62%),mahasiswa mengalami insomnia sedang 6 orang (18.75%), yang mengalami insomnia berat 19 orang (59.37%) dan yang tidak mengalami insomnia 2 orang (6.25%). Stres dan gangguan tidur yang terus berlangsung dapat menganggu mahasiswa skripsi untuk mencapai kesuksesan akademik, yaitu lulus dengan IPK tinggi.
Hal ini didukung oleh hasil penelitian Robotham (2008) yang mencatat bahwa individu yang mengalami stres akan merasakan dampak negatif stres seperti sulit berkonsentrasi, mudah lupa, depresi, sakit kepala, dan berprilaku negatif, misalnya minum–minuman alkohol. gangguan tidur mengakibatkan terjadinya perubahan koknitif, persepsi perhatian suasana hati, dan meningkatkan resiko kecelakaan (Cabrera dan Schub, 2011) gangguan tidur berdampak terhadap belajar, seperti penurunan konsentrasi, motivasi belajar, kesehatan fisik, kemampuan berfikir kritis, kemampuan berinteraksi dengan individu atau lingkungan kampus dan kemampuan untuk menyelesaikan tugas (Gaultney, 2010 : Mayoral 2006), Pada mahasiswa keperawatan yang sedang menjalani skripsi sangat rentan mengalami stres yang berdampak pada gangguan tidur (insomnia).
Keadaan stres tidak dapat di hilangkan dari kehidupan seseorang oleh karena itu di perlukan strategi untuk bisa mengurangi stres di antaranya dengan membangun kebiasaan baru untuk mengurangi kebosanan yang mengakibatkan stres, tidak melakukan perubahan yang tidak perlu, menyediakan waktu memfokuskan diri terhadap stres, mengelola waktu hal ini dapat berguna untuk individu yang tidak dapat memprioritaskan tugas yang dianggap penting dan membuat daftar tugas, serta memodifikasi lingkungan (Rasmun, 2004). Mahasiswa dalam mengatasi stres saat menghadapi skirpsi diantaranya dengan metode pengalihan perhatian dimana mahasiswa melakukan aktifitas bersama seperti olahraga, maingame, jalan-jalan dan ada juga mahasiswa yang menyendiri dalam mengatasi stres dengan mendengar musik, merokok atau berdiam diri di kamar tanpa melakukan aktifitas apapun. Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk penelitian dengan judul Hubungan Tingkat Stres dengan Kejadian Insomnia pada mahasiswa sarjana (S1).
Stres adalah segala situasi dimana tuntunan non spesifik yang mengharuskan seorang individu untuk berespon atau melakukan tindakan,respon atau tindakan ini termasuk respon fisiologis atau psikologis (Perry and Porter, 2005). Secara umum, yang dimaksud stres adalah reaksi tubuh terhadap situasi yang menimbulkan tekanan, perubahan, ketergantungan emosi, dan lain-lain. Stres adalah segala masalah atau tuntunan penyesuaian diri, sesuatu yang menganggu keseimbangan kita (Hawari, 20003).
Insomnia berasal dari kata ini artinya tidak dan somnus yang berarti tidur, jadi insomnia berarti tidak tidur atau gangguan tidur. Selanjutnya dijelaskan bahwa insomnia ada tiga macam, yaitu pertama, Initial Insomnia artinya gangguan tidur saat memasuki tidur. Kedua, Middle Insomnia yaitu terbangun di tengah malam dan sulit untuk tidur lagi. Ketiga, Late Insomnia yaitu sering mengalami gangguan tidur saat bangun pagi (Hawari, 2000). Insomnia adalah gangguan tidur yang ditandai dengan kesulitan dalam memulai tidur dan mempertahankan tidur sehingga merasa tidur yang dilakukan tidak berkualitas.