PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA MELALUI PROGRAM INTEGRATED ECOFARMING

Masyarakat desa di Indonesia sebagian besar masih bersifat homogen dengan sistem kekeluargaan yang kuat, dan ketergantungan pada alam yang masih tinggi. Dalam hal ini, petanian merupakan aspek yang paling banyak digeluti oleh masyarakat pedesaan di Indonesia yang secara geografis dikalisifikasikan menjadi sistem pertanian dataran tinggi dan sistem pertanian dataran rendah. Kedua sistem pertanian ini mempunyai karakteristik, jenis tanaman pertanian, irigasi, model dan teknik yang berbeda-beda. (Gandi,2017).

Sistem pertanian dataran tinggi biasanya dikenal juga dengan istilah pertanian lahan kering. Hal ini disebabkan jenis tanaman yang diproduksi adalah tanaman tahunan yang tidak memerlukan asupan air yang banyak. Di Jawa Tengah, karakteristik pertanian lahan kering ini dapat dijumpai pada perkebunan skala besar seperti jati, kopi, dan karet, baik yang dikelola oleh masyarakat maupun korporasi swasta dan pemeritah seperti perhutani dan PTPN (Luthfi, 2010). Sementara itu, sistem pertanian dataran rendah umumnya berupa lahan persawahan yang teknik budidayanya membutuhkan asupan air yang cukup. Saat ini, kondisi di pedesaan masih banyak terdapat sawah-sawah yang terhampar luas. Namun sawah-sawah tersebutdikerjakan oleh petani yang sudahberusia tua, dan sedikit usia muda yang mengerjakan sawah dan bekerja sebagai petani.

Berkurangnya minat para pemuda dalam bidang pertanian, dapat disebabkan adanya anggapan bahwa pekerjaan di bidang pertanian suatu pekerjaan yang bergengsi. Kondisi menyebabkan para pemuda beranggapan bahwa mereka akan ketinggalan zaman jika masih tetap bekerja di sektor pertanian (Fatimah,2009). Selain kekurangan tenaga kerja muda, pertanian di desa juga tidakberkembang karena kurangnyainovasi yang bisa meningkatkanproduktivitas dan kualitas produkpertanian. Sejak program revolusi  hijau digalakkan oleh PemerintahOrde Baru sekitar tahun 1980an,tercatat ada banyak programpertanian yang digalakkan olehpemerintah. Hanya saja, pendekataan yang dipergunakan saat itu masihbersifat top down. Hal ini yangmembuat masyarakat hanya menjadisasarandari program demikepentingan swasembada pangan.Namun seiring perubahan orientasipembangunan secara umum,pembanguan di bidang pertanian saatini juga mengalami pergeseranparadigma yang saat ini lebihmenekankan pada aspekpemberdayaan masyarakat.Program pemberdayaan yangdigalakkan diawali denganpembentukan kesadaran kritis danpeningkatan partisipasi masyarakat.Begitupun halnya pemberdayaan dibidang pertanian diarahkan untukmewujudkan masyarakat yangmandiri dan berdaya. Dalam hal ini.model pendekatan ke masyarakatdilakukan dengan menggeser pola topdown menjadi pola bottom up yangmenempatkan masyarakat sebagaipelaku aktif dalam pembangunan.Pendekatan ini dikenal denganpembangunan manusia yangdilaksanakan secara sinergis dariberbagai stakeholder yaknipemerintah, swasta dan masyarakat.Program-program di dalamnyamencoba mengkoneksikan antarakepentingan pemerintah dankebutuhan masyarakat. Selain itu,keterlibatan pihak swasta jugadiharapkan dapat berkembang melaluiprogram-program yang merekatawarkan (Luthfi,2013).Agar masyarakat menjadimandiri dan sejahtera, makadibutuhkan program-program yangberbasis masyarakat yangberkelanjutan sebagai bagian dariproses pembinaan dan pengembanganpertanian di desa. Modelpengembangan petanian di desa dapatdisesuaikan dengan potensi, masalah,dan kebutuhan pada desa tersebut.Model pengembangan desa yanginovatif mensyaratkan pentingnyakomunikasi dan peran tidak hanyapenyelenggara pemerintahan ditingkat desa (Kades dan BadanPermusyawaratan Desa), tetapi jugaelemen masyarakat lain khususnyapemuda dan kelompok UKM yangmendominasi kegiatan perekonomian.Peran stakeholder lain yang samapentingnya adalah sinergitas antarSatuan Kerja Perangkat Daerah(SKPD) di lingkungan Pemkab, danperan perguruan tinggi dalam bentukpenelitian dan pengabdian kepadamasyarakat (Jati, 2013). Prinsippengelolaa lahan pertanian berbasismultifungsi dengan memadukanpertanian dan peternakan dapatberjalan dengan baik apabiladidukung oleh kebijakan dankomitmen masyarakat untukmeningkatkan kesejahteraan sosialekonomi mereka dengan meilbatkanstakeholder yang terkait (Custance,dkk: 2015)Salah satu modelpengembangan desa dapat melaluiprogram integrated farming yaitusistem yang memadukan komponenpertanian dengan peternakan. Selainitu, integrated farming juga dapatmelalui pertanian organik yang dapatmenjaga kelestarian lingkungan sertamempunyai peran penting dalammengubah pola pengembanganpertanian dan dapat meningkatkanproduksi pertanian yangberkelanjutan (Nazeerudin, 2013).Metode yang digunakan agar programintegrated farming system  berkelanjutan yaitu denganpembentukan kelompok tani dankelompok ternak, rekonstruksi danoptimalisasi karang taruna. Selain itu,pengelolaan potensi sumber daya alam jugamenjadi focus pemberdayaanagar dapat meningkatkanperekonomian masyarakat danmenciptakan kawasan agrowisata yang berintegrasi dengan programpertanian terpadu yang ramahlingkungan. Hal ini dilakukan agarmasyarakat mengetahui besarnyasumber daya alamyang dimilikisehingga mereka mampumengelolanya dengan baik danmeningkatkan perekonomianmasyarakat (Zakariah, 2016).Program integrated farming ini juga diterapkan di Desa AsinanKecamatan Bawen KabupatenSemarang yang dikenal sebagai desa yang memilikipotensi alam berupalahan pertanian yang luas dan dekatdengan Rawa Pening. Sebagian besarlahan sawah adalah pemerintah DesaAsinan atau bengkok desa, sehinggapara petani bekerja sebagaipenggarap. Mata pencaharianmasyarakat Asinan rata-rata adalahsebagai buruh tani. Di Desa Asinanpetani penggarap tidak memilikikedaulatan pangan, karena merekatidak menikmati padi yang ditanamdan hasil panennya sendiri. Petanimenjual langsung kepada penebasdalam bentuk gabah basah yangmasih ada disawah.Dalam rangka pengembanganpertanian di Desa Asinan dankeinginan untuk mengembalikankondisi lahan sawah yang tercemaroleh bahan-bahan kimia, BankIndonesia Jawa Tengah sebagai BUMNmenggagas sebuah model community development melalui program

integrated ecofarming
untukditerapkan di Desa Asinan. Programini menggabungkan pertanian denganpeternakan dan untuk memperbaikitanah pada lahan sawah yang terkenaresidu kimia, perbaikan padalingkungan dan dapat meningkatkankualitas hasil panen yang sehatterbebas dari kimia. Untukmendukung program ini, makadibentuk sebuah kelompok tani yangdiberi nama “Konco Tani Organik”.Seperti pada beberapa programsebelumnya, pendekatan yangdilakukan oleh Bank Indonesiaterhadap masyarakat bersifatakomodatif. Pendekatan tersebutberupa identifikasi kebutuhanberbasis pada community need,mengetahui aspirasi masyarakat baiksecara individual maupun secarakomunitas, memetakan siapa sajapihak yang harusnya terlibat tetapisejauh ini dalam pembangunan belumdilibatkan, dan mengetahui progresspergerakan yang berkembang dimasyarakat (Skerratt dan Steiner,2013).Program
 integrated ecofarming
 yang digalakkan di Desa Asinan initelah berjalan sekitar dua tahun.Aktivitas peberdayaan yang telahdilakukan antara lain pelatihanpembuatan dan penggunaan pupukorganik, pembentukan kelembagaanatau kelompok tani, pemberian modal(dana stimulan), dan pembangunansarana pertanian organik. Padaawalnya, program ini berjalan denganlacar karena masih intensifnyapendampingan yang dilakukan olehBank Indonesia. Tetapi pada saat ini,program tersebut tidak lagi berjalandengan lancar karena mengalamibeberapa kendala. Kendala utamanyaadalah penerimaan masyarakat terhadap program ini yang kurangantusias sebab masyarakat yang belum terbiasa menggunakan bahanorganik dan belum secara nyatamelihat hasil panen dari bahanorganik. Selama ini, sebagian besarmasyarakat Desa Asinan sudahterbiasa menggunakan bahan kimia,sebab hasil panen yang merekaperoleh lebih banyak. Oleh sebab itu,setelah programini berakhir, parapetani di Desa Asinan kembalimemakai pupuk kimawi dalampertanian mereka. Berdasarkan latarbelakang tersebut, tulisan inibertujuan untuk mengetahui: (1)Pelaksanaan kegiatan program
integrated ecofarming
di Desa Asinan.(2) Hambatandalam melaksanakankegiatan
 integrated ecofarming
di DesaAsinan. (3) Partisipasi masyarakatDesa Asinan dalam kegiatan program
integrated ecofarming

Related Posts

Subscribe Our Newsletter